Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Minggu, 06 Mei 2018

"Tati"

Aku melihat perempuan itu di hari keempatku berada di Cilegon. Tatap matanya indah seperti satu senja yang pernah kunikmati dengan secangkir kopi. Cara bicaranya lembut membuatku ingin mendengarnya berulangkali. Ada ketenangan yang kurasakan saat berada di dekatnya.

Perempuan itu mendekat, menyodorkan tangannya "Aku Tati." duh suaranya sungguh mendamaikan. Aku tidak menyalaminya, sudah sejak lama aku tidak lagi menyentuh tangan perempuan. Perempuan itu seperti barang antik yang tak boleh disentuh apabila belum dibeli, ia mahal dan suci, barangkali alasan ini cukup untuk memberi tahumu perihal tindakanku itu. Aku mengenalkan diri lalu mendekatkan kedua tanganku sambil tetap menghormatinya dengan gaya menyalami meski tidak bersentuhan.

Ia tersenyum. Andai kau tahu senyumnya, duh. Tidak ada bahasa satupun di dunia ini yang mampu merepresentasikannya secara utuh. Tidak ada diksi yang pas untuk menggambarkan keanggunannya. Tidak ada majas yang sanggup kupilih untuk menjelaskan betapa manisnya. Perempuan itu luar biasa dan aku rasa, senyumnya melampaui kata-kata. Bersusah payah menjelaskannya dengan kata-kata, aku justru takut, hanya akan mengurangi keindahannya. Maka aku memilih diam dan takjub dalam doa. Benar kata pepatah lama "Smile is the beginning of love." Demikian aku rasa.

Sejak hari itu, aku percaya kalau warna pelangi ke delapan itu benar-benar ada. Aku memandang warna itu di matanya. Matanya teduh serupa suasana malam sebelum hujan tiba. Andai bisa memilih, aku ingin menjadi bagian apa saja di tubuhnya, asalkan bukan air matanya. Air matanya terlalu mahal dan aku tahu tak akan ada jenis bahagia apapun yang mampu membayarnya.

Aku tidak tidak tidak tidak mencintainya. Aku sengaja menulis tidak empat kali agar kau buka lagi buku matematikamu bab negasi. Sederhananya lagi, aku sedang mengaguminya. Tidak berlebihan,  aku memilih mengagumi saja. Dan tentu pilihan itu sudah mengalami perhitungan panjang. Mengagumi adalah bentuk lain dari mencintai yang tidak melibatkan dosa. Mengagumi berarti juga berkontemplasi dalam cinta diam-diam yang tidak pernah melibatkan kehilangan. Mengaguminya adalah mengenai pilihan hidup dan semoga aku tak pernah menyesal pernah hidup dalam keterkaguman.

Suatu hari nanti, aku ingin ada seseorang yang menyandarkan kepalanya di bahuku, agar aku paham bagaimana nikmatnya berbagi beban. Suatu hari nanti, aku ingin ada seseorang yang tiba-tiba kupeluk dari belakang, agar aku paham bagaimana rasanya mendamaikan gemuruh dan debar di dalam dada. Entahlah siapa seseorang itu. Kelak, jika waktu memberiku banyak pilihan, aku hanya ingin perempuan itu yang menjadi subjek dalam kalimat-kalimat dalam tulisan ini. Namun, jika kelak waktu hanya melibatkanku dengan sakitnya kehilangan, alangkah baiknya aku hanya bercanda dengan segala jenis kekaguman ini.

Eki Lesmana

0 komentar:

Posting Komentar